Sunday, 15 December 2013

DIAM ITU EMAS.....

 From http://resensi.net
Diam itu bukan berarti kosong,
Diam itu bukan berarti hampa,
Diam itu bukan berarti tidak mengerti,
Diam itu bukan berarti tak peduli,
Diam itu penutup segala kebodohan,
Diam itu perhiasan tanpa berhias,
Diam itu kehebatan tanpa kerajaan,
Diam itu benteng tanpa pagar,
Diam itu penutup segala aib,
Diam itu ibadah yang tanpa bersusah payah,
Diam itu perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah,
Diam itu kekayaan tanpa meminta kepada orang,
Diam itu istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal.
Tapi …
Jangan diam saat orang bekerja
Jangan diam saat kejujuran dikoyak
Jangan diam saat keburukan ada didepanmu
Jangan diam saat hatimu pilu, berdzikirlah supaya hatimu tenang
Jangan diam saat harus bicara
Jangan diam saat ditanya, meski jawabnya ‘tidak tahu’
Jangan diam saat imam selesai membaca Al-Fatihah.. bacalah Amin..
Jangan diam saat Engkau berdoa
Diam yang baik itu…
Diam sedang menyerap ilmu,
Diam ingin mencari makna,
Diam sedang merajut asa,
Diam sedang memperhatikan,
Diam karena ilmu nya orang tua,
Diam karena mendengarkan,
Diam sedang menahan ghibah dan dusta,
Diam sedang menahan amarah,
Diam sedang berpikir,
Diam sedang berdoa dalam hati,
Diam sedang mencari solusi.
Diam sedang menyembunyikan keikhlasan,
Itulah kenapa… DIAM itu EMAS..
=============

Qadar: Islam Menetapkan Kebebasan Berkehendak



dikutip dari http://www.hasanalbanna.com

Agama Islam telah menetapkan bahwa manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dibekali berbagai kekuatan, bakat dan potensi. Potensi-potensi ini dapat diarahkan dan dipergunakan untuk kebaikan, sebagaimana ia juga dapat diarahkan dan dipergunakan untuk keburukan. Potensi ini untuk berupa kebaikan semata dan bukan pula berupa keburukan semata. Meskipun keinginan terhadap kebaikan pada sebagian orang terkadang lebih kuat, sebagaimana keinginan terhadap keburukan pada sebagian manusia yang lain juga terkadang lebih kuat. Antara keduanya terdapat perbedaan yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Di dalam hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Setiap anak di lahirkan di atas fitrah (asal kejadian yang masih bersih, dapat menerima baik dan buruk).” (Thabarani)
Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Manusia itu bagaikan tambang, seperti tambang emas dan perak. Yang terbaik di antara mereka di masa jahiliyah adalah yang terbaik di antara mereka di masa Islam apabila mereka memahami ajaran agama.” (Bukhari)
Keterangan di atas diperkuat oleh firman Allah Ta’ala:
“Demi jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS 91:7-8)
Yakni Allah menciptakan jiwa dalam keadaan di sempurnakan dan seimbang, dapat menerima ketakwaan dan kefasikan, dan siap menerima pengaruh baik dan buruk.
Allah membekali manusia dalam hidupnya ini dengan pikiran yang dapat dipergunakan untuk membedakan antara yang hak dan yang batil dalam masalah aqidah, dan membedakan antara yang baik dan yang buruk dalam masalah perbuatan dan dapat membedakan antara benar dan dusta dalam hal ucapan.
Allah memberikan kepada manusia kemampuan (qudrah) yang dapat dipergunakan untuk menegakkan yang hak dan menghancurkan yang batil. Dapat dipergunakan untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan, dan untuk mengucapkan kebenaran dan menjauhi kebohongan.
Allah juga telah menggariskan bagi manusia jalan kebenaran, kebaikan dan kejujuran melalui kitab-kitab yang diturunkanNya dan melalui kitab-kitab yang diturunkanNya dan melalui rasul-rasul yang diutusNya. Selama akal pikran manusia yang dpat membedakan hal-hal tersebut masih ada, kemampuan untuk berbuat masih baik, dan manhaj (jalan) yang digariskan Allah masih jelas, maka berarti manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak dan kebebasan untuk memilih perbuatan.

Saturday, 14 December 2013

Apakah Membaca Termasuk Hobby...????

dakwatuna.com - Ketika seseorang ditanya “Apa hobimu?” jawaban mereka akan bermacam-macam. Ada yang menjawab: “Hobi saya berenang, memancing, piknik/jalan-jalan dan lain-lain. Setiap orang memilih hobinya masing-masing, tak jarang hobi yang satu berbeda dengan yang lain. Termasuk kita juga mungkin pernah menemukan ada sebagian orang yang mempunyai hobi membaca.
Hal inilah yang membuat kami heran. Terheran bukan karena alangkah baiknya hobi itu, atau langka sekali orang yang mempunyai hobi seperti itu. Tapi apakah membaca menjadi sebuah hobi. Penulis tertarik dengan ulasan yang diberikan oleh DR. Rajib Al-Sirjany dalam bukunya Al Qira’ah manhajul hayah. Di sana beliau mengungkapkan dapatkah sebuah kegiatan membaca menjadi sebuah hobi. Dengan argumennya yang ringkas ia menjelaskan esensi membaca serta mengupas urgensi membaca dalam Islam dengan menyelipkan sedikit keadaan umat Islam belakangan ini.
Ketika seseorang berkata bahwa hobi saya adalah membaca, bukankah membaca sebuah kebutuhan hidup dan tidak hanya menjadi sebuah hobi. Bisakah seseorang mengatakan bahwa hobinya adalah minum air, contohnya. Bukankah setiap orang juga meminum air. Maka hal ini tidak dapat menjadi sebuah hobi, karena itu merupakan sebuah keniscayaan bukan sebuah hobi. Sama halnya juga ketika seseorang mengatakan: “Hobi saya adalah makan!” Kenapa demikian? Karena makan adalah suatu keniscayaan bukan sebuah hobi, maka setiap orang yang merasa lapar pasti akan makan, mungkin yang berbeda hanyalah macam makanannya, itu wajar-wajar saja. Tetapi ketika engkau dilarang untuk makan, tidur, dan bernafas maka ini dapat menyebabkan kematian, karena semua ini adalah kebutuhan hidup setiap orang. Dan menurut hemat kami, setiap orang haruslah membaca, bukan hanya membaca satu dua buku, sehari sebulan atau setahun saja, tapi membaca haruslah menjadi sebuah “metode hidup” .Janganlah hari-harimu berlalu begitu saja tanpa membaca, yang dimaksud membaca di sini bukan sekedar membaca tetapi membaca sesuatu yang menghasilkan manfaat, bacaan yang membangun bukan menjatuhkan, membawa perubahan bukan menghancurkan. Oleh karena itu membaca bukanlah sebuah hobi.
Sungguh tidak pantas lagi ketika kita mendengar seseorang berkata: “Saya tidak senang membaca, tidak biasa, atau cepat bosan membaca”. Karena hal ini sama seperti seorang berkata: “Saya bosan makan, maka saya tidak akan makan”. Ketika kita perhatikan sejarah Nabi, kita akan menemukan perhatian yang sangat besar terhadap kegiatan membaca. Maka tidaklah heran ketika membaca tidak hanya menjadi hobi tapi sudah menjadi sebuah metode hidup.